www.tempoaktual.id – Penyediaan pangan menjadi hal penting, terutama menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Perum Bulog Nusa Tenggara Barat (NTB) menjamin bahwa ketersediaan stok beras tetap terjaga, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan kelangkaan saat hari besar tersebut tiba.
Ketua Wilayah Bulog NTB, Sri Muniati, mengungkapkan bahwa mereka telah mempersiapkan berbagai jenis pangan, mulai dari beras cadangan pemerintah hingga beras premium untuk keperluan komersial. Persiapan ini bertujuan untuk menghadapi lonjakan permintaan yang sering terjadi pada momen spesial ini.
Selain beras, Bulog juga memastikan bahwa kebutuhan komoditas lain, seperti gula dan minyak goreng, tersedia dalam jumlah yang memadai. Hal ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa menimbulkan kekacauan di pasaran.
Kepastian Ketersediaan Stok Beras di NTB
Jelang peringatan Maulid, Sri Muniati menekankan bahwa Bulog memiliki stok beras yang tidak sedikit. Mereka siap untuk melayani kebutuhan masyarakat pada momen penting ini, dengan harapan dapat menjadikan momen Maulid sebagai waktu yang penuh berkah tanpa ada gangguan pasokan.
Stok beras untuk Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dapat diakses masyarakat melalui berbagai outlet resmi Bulog. Outlet tersebut tersebar di pasar tradisional hingga ritel modern, sehingga memudahkan masyarakat dalam memperoleh beras dengan harga terjangkau.
Untuk harga beras SPHP, Sri menegaskan bahwa masyarakat bisa mendapatkan beras tersebut dengan harga maksimal Rp62.500 per kemasan lima kilogram. Ini merupakan langkah konkret untuk memastikan bahwa masyarakat tidak terbebani dengan harga yang tinggi menjelang Maulid.
Saat ini, stok cadangan beras pemerintah di NTB mencapai sekitar 178 ribu ton. Ini merupakan angka yang cukup besar dan menjamin bahwa stok pangan seperti gula dan minyak goreng juga dalam kondisi baik, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir menghadapi kelangkaan.
Pengaruh Peringatan Maulid terhadap Ketersediaan Pangan
Setiap tahun, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di NTB, terutama di Lombok, seringkali diwarnai dengan peningkatan permintaan pangan. Hal ini disebabkan oleh tradisi lokal yang mengaitkan perayaan ini dengan acara kumpul-kumpul yang melimpah, di mana masyarakat berbondong-bondong melakukan pembelian bahan makanan.
Akibatnya, lonjakan pembelian ayam, telur, daging, dan beras terjadi secara bersamaan. Di satu sisi, ini berdampak positif bagi perekonomian lokal, tetapi di sisi lain, dapat menyebabkan inflasi, khususnya pada sektor pangan.
Berdasarkan pengamatan, momen Maulid di Lombok bukan sekadar acara ritual, tetapi juga memiliki dimensi ekonomi yang kuat. Setiap desa biasanya menggelar acara dengan hidangan melimpah, seperti tradisi nyongkolan dan arak-arakan, yang menggugah semangat gotong royong masyarakat.
Tradisi besar-besaran ini meningkatkan permintaan akan bahan pangan, namun juga berisiko mengganggu kestabilan harga. Oleh karena itu, kesiapan Bulog untuk memenuhi kebutuhan pangan menjadi sangat penting.
Komitmen Bulog dalam Menjaga Kestabilan Pangan
Dalam menghadapi tantangan ini, Sri Muniati berpesan agar masyarakat tidak melakukan panic buying. Tindakan tersebut justru dapat menyebabkan harga pangan melambung yang merugikan banyak pihak.
“Kami mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir, karena stok pangan seperti beras dan komoditas lainnya tersedia dan mudah didapatkan,” jelasnya. Ketersediaan pangan yang mencukupi menjadi kunci dalam menjaga kestabilan harga selama perayaan.
Meski mengetahui bahwa tradisi menjelang Maulid sering kali menyebabkan lonjakan permintaan, Bulog berkomitmen untuk tetap memberikan layanan terbaik bagi warga. Dengan menghimpun stok yang cukup, diharapkan masyarakat dapat merayakan peringatan dengan tenang dan nyaman.
Peran Bulog bukan hanya sebatas penyediaan pangan, tetapi juga menjadi penggagas kestabilan harga. Dengan berbagai program yang dibangun, diharapkan akan tercipta ekosistem yang menguntungkan bagi masyarakat selama perayaan Maulid.