www.tempoaktual.id – Jenazah seorang pendaki asal Brasil, Juliana, berusia 27 tahun, mengalami penundaan autopsi di Rumah Sakit Bhayangkara, Kota Mataram. Proses autopsi tersebut akhirnya akan dilaksanakan di Denpasar, Bali, sebagai solusi terbaik untuk situasi ini.
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Indah Dhamayanti Putri, mengkonfirmasi bahwa jenazah akan segera diberangkatkan ke Bali setelah semua administrasi terselesaikan. Ia juga menjelaskan situasi di rumah sakit yang menyebabkan penundaan autopsi.
Dinda, sapaan akrab dari Wakil Gubernur, mengungkapkan bahwa dokter yang mampu melakukan autopsi tengah tidak berada di lokasi. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan jumlah tenaga medis yang berpengalaman dalam otopsi di NTB, yang hanya ada satu orang.
Pentingnya Autopsi dalam Penyidikan Kasus Kematian
Autopsi menjadi langkah penting untuk menentukan waktu kematian Juliana, yang sangat dibutuhkan oleh pihak keluarga dan kedutaan Brasil untuk proses pemakaman. Proses ini juga diharapkan dapat memberikan kejelasan terkait jenazahnya.
Setelah selesai dilaksanakan di Bali, Dinda menambahkan bahwa jenazah serta keluarganya akan segera dipulangkan. Sebuah langkah yang sangat diharapkan oleh keluarga yang berduka.
Rasa duka yang mendalam juga disampaikan Dinda, menekankan bahwa kehilangan tersebut bukan hanya dirasakan oleh keluarga Juliana, tetapi juga oleh masyarakat NTB. Sebagai seorang tamu, Juliana telah meninggalkan kesedihan di hati setiap orang yang mengenalnya.
Timeline Insiden yang Mengakibatkan Kematian Juliana
Insiden yang menyebabkan kematian Juliana terjadi pada Sabtu, 21 Juni 2025, saat ia mendaki Gunung Rinjani. Menurut laporan, ia terjatuh ke Danau Segara Anak di kedalaman ratusan meter, sebuah kecelakaan tragis yang tidak dapat dihindari.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Yarman menyatakan bahwa mereka mendapatkan laporan akan jatuhnya pendaki tersebut pada pukul 06.30 Wita. Tim gabungan dari berbagai instansi pun segera dikerahkan untuk menanggapi insiden ini.
Tim SAR yang melibatkan Taman Nasional, Basarnas Mataram, dan unit lainnya segera melakukan pencarian. Setelah beberapa waktu, mereka mulai mencapai lokasi terjatuhnya Juliana pada sekitar pukul 12.00 Wita.
Proses Evakuasi dan Penanganan Setelah Kematian
Pada Senin, 23 Juni, kondisi korban ditemukan terus berkembang, dan Kepala Kantor SAR Mataram, Muhamad Hariyadi, mengkonfirmasi bahwa Juliana terjatuh lebih jauh dari lokasi awal. Keberadaan korban saat itu terlihat dari pantauan drone yang menunjukkan ia tidak bergerak.
Evakuasi berlangsung sangat menantang karena cuaca yang kurang mendukung. Proses pengangkatan jenazah dihentikan sementara akibat kondisi cuaca yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pada hari yang sama.
Setelah penundaan tersebut, evakuasi dilanjutkan pada Rabu, 25 Juni 2025, dengan metode lifting. Jenazah kemudian dibawa secara hati-hati menuju Posko Sembalun untuk proses selanjutnya sebelum dibawa ke rumah sakit.
Pada akhirnya, Jenazah Juliana berhasil dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara menggunakan mobil jenazah dari RSUP NTB. Proses ini merupakan bagian dari langkah terakhir untuk menghormati seorang pendaki yang telah mengalami sebuah tragedi saat menikmati keindahan alam.