www.tempoaktual.id – Kepolisian Resor Kota Mataram telah mengambil langkah tegas dengan memeriksa Kepala Bagian Umum Sekretariat DPRD Provinsi NTB, Muhammad Erwan, terkait insiden kebakaran gedung dewan saat demonstrasi yang berlangsung pada akhir Agustus 2025. Proses penyelidikan ini menggambarkan betapa seriusnya situasi yang terjadi di lapangan dan bagaimana keamanan publik menjadi perhatian utama.
Pemeriksaan oleh pihak kepolisian dilakukan untuk menggali lebih dalam tentang penyebab dan tanggung jawab terhadap kebakaran gedung DPRD NTB yang disebabkan oleh aksi demonstrasi. Insiden ini menunjukkan adanya ketegangan antara pihak aparat dan masyarakat yang menginginkan perubahan yang jelas atas isu-isu yang tengah dihadapi.
Saat wawancara, Iptu Ahmad Taufik, Kepala Unit Kejahatan dan Kekerasan, menegaskan bahwa langkah ini penting untuk mengungkap fakta-fakta yang ada di balik peristiwa tragis tersebut. Namun, ia juga mengungkapkan bahwa pihaknya belum bisa memberikan informasi rinci terkait dengan keterangan atau bukti yang telah diambil dari Erwan.
Penyelidikan Lanjutan dan Pentingnya Keterangan Pihak Terkait
Kepolisian berencana untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap ketua DPRD NTB, Baiq Isvie Rupaeda, dalam rangka mendapatkan keterangan yang lebih lengkap mengenai kebakaran gedung tersebut. Proses pemanggilan ini diharapkan dapat mendorong transparansi dan memberikan kejelasan atas kerugian yang dialami akibat insiden tersebut.
Regi Halili, Kasat Reskrim Polresta Mataram, menyatakan pentingnya keterangan dari Isvie untuk mempertajam penyelidikan dan menentukan langkah selanjutnya. Apabila kerugian sudah teridentifikasi, status perkara ini dapat dinaikkan ke tahap penyidikan yang lebih mendalam.
Sebelumnya, pihak kepolisian telah melakukan olah tempat kejadian perkara dan mengumpulkan sejumlah barang bukti, termasuk rekaman video dari CCTV yang dapat membantu mengidentifikasi pelaku. Proses ini menunjukkan komitmen polisi dalam menangani kasus secara profesional dan menyeluruh.
Analisis Terhadap Dinamika Sosial dan Respons Aparat
Insiden kebakaran ini tidak hanya melibatkan aspek hukum, tetapi juga menyentuh dinamika sosial yang lebih kompleks. Aksi demonstrasi yang diwarnai kericuhan menandakan adanya suara ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah dan perlakuan aparat. Hal ini bisa menjadi bahan introspeksi bagi pihak berwenang dalam menangani potensi konflik di masa mendatang.
Regi menegaskan bahwa kebakaran tersebut bukanlah aksi spontan, melainkan suatu tindakan yang dilakukan dengan sadar. Pernyataan ini menambah kejelasan bahwa peristiwa tersebut berkaitan erat dengan situasi sosial yang bergejolak, dan bukan hanya merupakan masalah teknis kebakaran semata.
Sikap aparat keamanan dalam mengamankan aksi demonstrasi juga menjadi sorotan. Walaupun terdapat pengamanan di dua lokasi berbeda, terlihat bahwa upaya tersebut tidak sepenuhnya mencegah kericuhan yang terjadi. Ini menunjukkan bahwa perencanaan dan pelaksanaan keamanan perlu ditingkatkan untuk mencegah insiden di masa depan.
Tuntutan Masyarakat dan Respon Pemerintah yang Diharapkan
Demonstrasi yang diorganisir oleh Aliansi Mahasiswa dan Rakyat NTB mencerminkan berbagai tuntutan yang mendasar, termasuk penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang KUHAP yang dinilai mengekang kebebasan. Tuntutan tersebut tidak hanya menyangkut hukum, tetapi juga menyangkut hak asasi manusia dan keadilan sosial.
Selain permohonan untuk menghapus tindakan represif aparat, para demonstran juga menyerukan agar semua aktivis yang ditahan segera dibebaskan. Tuntutan ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar dan berani mengemukakan hak-haknya, meskipun risiko yang dihadapi tidaklah kecil.
Pemerintah diharapkan untuk lebih responsif terhadap aspirasi rakyat. Melalui langkah-langkah konstruktif, termasuk dialog terbuka dengan masyarakat, diharapkan akan tercipta kondisi sosial yang lebih damai dan harmonis, di mana semua pihak saling mendengarkan dan memahami.