www.tempoaktual.id – Kepala Sentra Paramita Mataram, Arif Rohman, menyatakan bahwa tidak ada siswa Sekolah Rakyat (SR) di NTB yang mengundurkan diri. Meskipun ada keraguan di antara beberapa calon siswa, pelaksanaan Program Sekolah Rakyat tetap berjalan dengan baik dan teratur.
Arif menjelaskan bahwa dalam proses perekrutan siswa, terdapat dua tahap yang harus dilalui, yaitu penjaringan dan penetapan siswa. Meskipun sempat mengalami beberapa kendala selama penjaringan, pada akhirnya semua kursi telah terisi dengan baik.
Dia menambahkan, saat dilakukan tahap penetapan siswa, ditemukan bahwa tidak ada pengunduran diri dari kandidat yang telah ditentukan. Proses yang sistematis ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pendidikan.
Proses Perekrutan dan Penetapan Siswa di Sekolah Rakyat
Dalam merekrut siswa untuk Sekolah Rakyat, ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan. Pertama-tama adalah proses penjaringan yang melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Badan Pusat Statistik.
Namun, dalam tahap awal tersebut, beberapa siswa sempat mengundurkan diri. Kendala ini bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti perubahan keputusan keluarga atau dorongan untuk memilih sekolah lain.
Setelah proses penjaringan, langkah selanjutnya adalah penetapan siswa yang sudah diverifikasi dengan baik. Arif memastikan bahwa setidaknya ada calon cadangan yang siap mengisi kursi kosong jika ada yang mengundurkan diri.
“Dengan demikian, kami tidak pernah kekurangan siswa saat pembelajaran dimulai,” katanya. Proses yang matang ini sangat penting untuk kelancaran program pendidikan di daerah tersebut.
Per tanggal 14, Arif mengonfirmasi bahwa jumlah siswa sudah mencapai 100 orang untuk satu lokasi. Di eks Akper, total siswa juga sudah lengkap sebanyak 125 orang.
Pengembangan Sekolah Rakyat dan Rencana Pembangunan
Arif pun menjelaskan tentang pengembangan Sekolah Rakyat di NTB. Di tahap awal, Sekolah Rakyat sudah dimulai di Sentra Paramita Mataram, yang merupakan salah satu bangunan yang diusulkan oleh pemerintah daerah.
Selain itu, bangunan dari Balai Latihan Kerja dan Sanggar Kegiatan Belajar juga dimanfaatkan sebagai Sekolah Rakyat yang memiliki potensi untuk dijadikan rintisan. Ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menyediakan fasilitas pendidikan yang layak.
Di tahap kedua, pemerintah pusat memiliki rencana ambisius untuk membangun sekolah khusus dengan biaya sekitar Rp300 miliar. Untuk itu, mereka memerlukan lahan minimal lima hektar untuk lokasi pembangunan.
Beberapa kabupaten, seperti Bima dan Lombok Utara, sudah mengajukan lahan untuk pembangunan Sekolah Rakyat. Ini merupakan langkah strategis dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik untuk masyarakat.
Pemerintah pusat telah menyetujui lokasi pembangunan di beberapa daerah. Dalam waktu dekat, mereka akan melaksanakan peletakan batu pertama di lokasi tersebut, menandai dimulainya pembangunan sekolah baru.
Program Sekolah Rakyat untuk Semua Jenjang Pendidikan
Program Sekolah Rakyat bertujuan untuk menjangkau semua jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga SMA. Pada tahun ini, pemerintah berkomitmen membuka Sekolah Rakyat untuk setiap jenjang, dengan sistem pendidikan yang dirancang untuk satu tahun pembelajaran.
Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat, terutama bagi anak-anak yang kurang beruntung. Dengan adanya Sekolah Rakyat, diharapkan kualitas pendidikan di daerah tersebut dapat meningkat secara signifikan.
Seluruh proses pendidikan di Sekolah Rakyat memiliki misi untuk menghilangkan kesenjangan dalam akses pendidikan. Hal ini menjadi fokus utama dalam setiap program yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Dengan demikian, keberadaan Sekolah Rakyat diharapkan bisa menjawab tantangan dan kebutuhan pendidikan di wilayah NTB. Upaya ini sejalan dengan visi pembangunan sumber daya manusia yang lebih baik.
Arif menuturkan bahwa Sekolah Rakyat tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga menyentuh aspek kualitas pendidikan yang diterima siswa. Berdasarkan berbagai evaluasi, program ini mampu menghadirkan peluang belajar yang lebih inklusif dan merata bagi seluruh anak di NTB.