www.tempoaktual.id – Angka pengangguran di Nusa Tenggara Barat (NTB) harus menjadi perhatian serius, terutama yang berasal dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB per Agustus 2024, tercatat 87,01 ribu orang menganggur terbuka, dan 4,73 persen di antaranya merupakan lulusan SMK.
Fakta ini menunjukkan pentingnya evaluasi terhadap sistem pendidikan di daerah ini. Mengapa, meskipun pendidikan vokasi disajikan, masih banyak lulusan yang kesulitan mendapatkan pekerjaan?
Peran Pendidikan Vokasi dalam Mengurangi Pengangguran
Pendidikan vokasi, yang seharusnya mengarah pada keterampilan praktis, perlu lebih disesuaikan dengan kebutuhan industri. Di NTB, terdapat sekitar 100 SMK yang menawarkan berbagai jurusan, seperti otomotif, teknologi informasi, dan tata boga. Namun, jika tidak terintegrasi dengan dunia usaha, lulusan ini berisiko menghadapi kesulitan dalam memasuki pasar kerja.
Dengan data yang ada, sangat penting bagi pihak terkait untuk menyusun kurikulum yang lebih responsif terhadap perkembangan industri. Pengembangan program pelatihan yang melibatkan kolaborasi antara sekolah dan perusahaan bisa menjadi solusi. Ini telah dibuktikan di beberapa daerah lain yang berhasil menurunkan angka pengangguran melalui pendekatan serupa.
Strategi Peningkatan Kerjasama antara SMK dan Dunia Usaha
Merancang strategi yang lebih baik untuk menghubungkan SMK dengan dunia usaha merupakan langkah penting untuk menciptakan peluang kerja bagi lulusan. Kolaborasi ini tidak hanya mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman langsung tetapi juga memastikan kurikulum yang diajarkan tetap relevan dengan kebutuhan pasar.
Beberapa SMK di NTB, seperti SMK 6 Mataram, telah mengambil langkah inisiatif dengan menjalin kemitraan dengan perusahaan dalam bidang pengelolaan alat berat. Kerjasama seperti ini memperkuat kesempatan siswa untuk terlibat dalam praktik kerja yang nyata, sehingga mereka lebih siap ketika lulus.
Dengan pendekatan senior dan tantangan yang ada, pendidikan vokasi perlu lebih diarahkan untuk memenuhi kualitas yang diharapkan oleh dunia industri. Ini termasuk pelatihan di tempat kerja dan pembekalan soft skills yang memadai untuk mendukung siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan kerja yang dinamis.
Melalui upaya kolaboratif antara institusi pendidikan dan sektor industri, diharapkan para lulusan SMK dapat memiliki bekal yang lebih kuat dan relevan, guna menghadapi tantangan di pasar kerja. Komitmen dari semua pihak akan sangat berperan dalam mengurangi angka pengangguran di NTB.