www.tempoaktual.id – Pendaftaran Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) untuk jenjang SD dan SMP di Kota Mataram dimulai minggu lalu. Meskipun pendaftaran sudah dibuka, SDN 36 Ampenan hanya menerima dua calon siswa hingga hari terakhir pendaftaran.
Jumlah pendaftar ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencatatkan empat orang. Dalam beberapa tahun terakhir, sekolah ini belum pernah mencatatkan lebih dari sepuluh pendaftar.
Situasi ini menjadi peringatan bagi pihak sekolah atas rendahnya minat masyarakat untuk mendaftarkan anak-anak mereka. Hal ini terlihat dari penurunan angka pendaftar yang terus berlanjut dari tahun ke tahun.
Faktor Penyebab Rendahnya Jumlah Pendaftar di SDN 36 Ampenan
Menurut laporan panitia SPMB SDN 36 Ampenan, Ni Nengah Astini, rendahnya jumlah pendaftar berhubungan langsung dengan berkurangnya angka anak usia sekolah di area sekitarnya. Selain itu, semakin meningkatnya ketertarikan orang tua terhadap sekolah swasta dan sekolah berbasis Islam terpadu di daerah Pagutan menjadi faktor utama.
Dengan banyaknya alternatif pendidikan di sekitar wilayah tersebut, orang tua kini lebih suka mendaftarkan anak mereka ke sekolah-sekolah lain. Astini menegaskan bahwa orang tua lebih memilih SD IT dan sekolah-sekolah favorit lainnya yang dianggap lebih unggul.
“Kami sudah berusaha untuk menjaring pendaftar melalui sosialisasi di masyarakat dan menjalin komunikasi dengan sekolah-sekolah terdekat,” kata Astini. Namun, meski berbagai upaya telah dilakukan, hasilnya masih jauh dari harapan.
Upaya SDN 36 Ampenan dalam Meningkatkan Jumlah Pendaftar
Pihak sekolah telah memenuhi beragam strategi untuk menarik minat calon siswa. Dari kegiatan sosialisasi yang melibatkan masyarakat, hingga komunikasi dengan sekolah-sekolah terdekat, semua dilakukan untuk meningkatkan angka pendaftar.
Meski cara-cara tersebut telah diterapkan, hasil yang didapat masih belum memuaskan. Astini menegaskan bahwa pihak sekolah tidak bisa memaksakan kehendak orang tua dalam memilih sekolah untuk anak mereka.
“Prioritas kami adalah menyediakan pendidikan yang baik meskipun jumlah pendaftar tidak sesuai harapan. Setiap tahun, kami berusaha semaksimal mungkin,” tuturnya.
Kondisi Fasilitas dan Siswa SDN 36 Ampenan yang Memprihatinkan
Saat ini, fasilitas di SDN 36 Ampenan juga dalam kondisi yang tidak ideal. Terdapat dua toilet yang sama sekali tidak bisa digunakan, dan penampungan air di sekolah mengalami kebocoran, yang membuat akses terhadap air bersih menjadi sulit bagi para siswa.
Situasi ini memengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Siswa yang ingin menggunakan toilet terpaksa harus pergi ke rumah warga terdekat.
Jumlah siswa aktif saat ini tercatat sebanyak 33 orang. Dari angka tersebut, sebanyak enam siswa telah lulus kelas VI pada tahun ajaran sebelumnya, sehingga jumlah siswa aktif tersisa hanya 29 orang ditambah dua calon siswa baru.
Ruang kelas yang ada pun sangat minim, dengan hanya sekitar sepuluh meja dan kursi untuk setiap ruang. Meski terdapat program marching band, aktivitas ini tidak berjalan dengan baik karena jumlah murid yang tidak memadai dan peralatan yang sudah sangat usang.
Meskipun wacana penggabungan sekolah yang kekurangan siswa sering kali dibicarakan, keputusan tersebut sepenuhnya berada di tangan pemerintah. “Kami tetap buka pendaftaran dan tetap menjalankan fungsi kami sebagai pengajar,” jelas Astini.
SDN 36 Ampenan adalah contoh nyata dari sebuah sekolah negeri kecil yang bertahan di tengah tantangan yang dihadapi. Meskipun jumlah pendaftar baru sangat sedikit, semangat para guru dan tenaga pendidik untuk mengajar tidak pernah pudar.
Bagi mereka, selama masih ada anak yang ingin belajar, dedikasi untuk mengajar akan tetap dijaga. “Berapa pun yang daftar, kami akan terima dan ajar,” tutup Astini dengan penuh semangat.