www.tempoaktual.id – Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena cuaca ekstrem terus meningkat, dan banjir merupakan salah satu dampak paling nyata dari perubahan iklim. Di Lombok Barat, pada hari Minggu, 6 Juli 2025, banjir melanda beberapa wilayah, khususnya Labuapi dan Narmada, menciptakan kekacauan dan dampak signifikan bagi masyarakat setempat.
Peristiwa ini terjadi setelah hujan deras mengguyur daerah tersebut, menyebabkan luapan air dari sungai. Daerah yang seringkali terdampak banjir ini merasakan dampaknya lebih parah kali ini, dengan rumah-rumah warga terendam, menandakan bahwa perlunya perbaikan infrastruktur untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Menurut laporan, di wilayah Labuapi, air mulai merendam rumah warga sekitar pukul 17.00 Wita. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, terutama bagi warga yang domisilinya berada di pinggir sungai, yang sebagian besar merupakan lokasi rentan terhadap banjir.
Dampak Banjir Terhadap Wilayah Labuapi dan Narmada
Banjir yang melanda Labuapi merendam sekitar 20 rumah di dusun Jerneng, Desa Terong Tawah. Luapan air sungai dipicu curah hujan yang tinggi, sehingga berdampak langsung pada rumah-rumah warga yang berada di tepi sungai. Hal ini menunjukkan pentingnya pemeliharaan saluran pembuangan air yang ada.
Di sisi lain, banjir juga menerjang tiga dusun di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, yang merupakan daerah langganan banjir. Ketinggian air mencapai dada orang dewasa, membuat situasi semakin parah dan menciptakan ketidakpastian bagi warga sekitar. Banjir di daerah ini tidak hanya terjadi sekali, namun menjadi siklus tahunan tanpa solusi jangka panjang.
Kepala Desa Lembuak, Samsir Kadarisman, mengungkapkan keprihatinan terhadap kondisi ini. “Banjir kali ini adalah yang paling parah,” kata ia, menandai bahwa meskipun sudah ada komitmen untuk pembangunan infrastruktur, hasilnya belum terlihat. Akses terhadap sumber daya juga menjadi tantangan dalam menangani bencana alam yang berulang ini.
Penyebab dan Solusi yang Diperlukan
Salah satu penyebab utama banjir di kedua wilayah adalah sistem drainase yang tidak memadai. Curah hujan yang tinggi menyebabkan saluran pembuangan tidak dapat menampung air dengan baik, ditambah dengan sedimentasi yang mengakibatkan aliran air terganggu. Masyarakat sudah menyadari bahwa tindakan preventif sangat dibutuhkan agar kejadian serupa tidak terulang.
Pihak Desa Lembuak menekankan pentingnya pembangunan parit atau saluran di sepanjang jalan raya guna mengarahkan aliran air. Namun, proyek tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit dan perlu kerjasama antara pemerintah daerah dan provinsi. Hal ini merupakan tantangan dalam memprioritaskan anggaran untuk infrastruktur yang dapat mencegah bencana di masa depan.
Kepala Pelaksana BPBD, H. M. Sabidin, menuturkan bahwa meskipun banjir di wilayah lain di Lombok Barat tidak parah, kondisi di Lembuak merupakan pengecualian. Penting untuk diingat bahwa solusi tidak hanya perlu bersifat instan, tetapi juga berkelanjutan agar dampak bencana bisa diminimalisir di masa yang akan datang.
Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam Mengatasi Banjir
Masyarakat sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah dalam menghadapi bencana seperti ini. Kesadaran untuk aktif menjaga lingkungan dan ikut serta dalam program pembersihan saluran drainase menjadi hal yang krusial. Dengan kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah, diharapkan pengurangan risiko banjir dapat tercapai.
Pemerintah diharapkan tidak hanya respon cepat dalam penanganan bencana, tetapi juga melakukan langkah-langkah strategis jangka panjang. Hal ini termasuk perencanaan tata ruang yang lebih baik dan penyediaan infrastruktur anti-banjir. Dengan upaya kolaboratif, dampak dari cuaca ekstrem akan dapat dikelola lebih baik.
Selain itu, pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar juga sangat penting. Dengan mengurangi sampah yang menghambat aliran air, masyarakat dapat mengambil bagian dalam mengurangi risiko banjir yang dihadapi setiap tahunnya.