www.tempoaktual.id – Festival Musikalisasi Puisi yang diadakan oleh Balai Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin menjadi sorotan dalam dunia seni dan pendidikan. Pada Senin, 7 Juli 2025, tahap kedua dari festival ini berhasil digelar dengan penuh antusiasme meski terdapat tantangan yang dihadapi. Penjurian tahap penyisihan melibatkan banyak peserta yang berasal dari berbagai kabupaten di wilayah NTB.
Selama hampir dua bulan, informasi tentang lomba telah disebarluaskan dan telah menarik perhatian 12 tim pendaftar. Dari total tersebut, hanya sepuluh tim yang akan melaju ke babak final, dan dua lainnya akan gugur pada tahap ini. Hal ini menjadi bukti bahwa meskipun terdapat penurunan antusiasme, masih ada harapan untuk meningkatkan apresiasi terhadap puisi di kalangan siswa.
Kepala Balai Bahasa Provinsi NTB, Dwi Pratiwi, menyatakan keprihatinannya terhadap menurunnya partisipasi siswa dalam festival ini. Musikalisasi puisi, menurutnya, adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mengapresiasi karya sastra. Ia berkomitmen untuk melakukan evaluasi dan memperbaiki strategi sosialisasi agar lebih menarik minat siswa ke depannya.
Dwi Pratiwi juga menekankan pentingnya membangun ekosistem yang mendukung keberlangsungan festival ini. Pembinaan terkait musikalisasi puisi perlu dilakukan secara rutin, bukan hanya sebatas kompetisi tahunan.
Pada tahap penjurian, tim penilai yang terdiri dari Pantjoro Sumarsa, Sabarudin, dan Kiki Sulistyo memberikan berbagai catatan penting terhadap performa para peserta. Diskusi antara penilai dan panitia mendapatkan banyak insight mengenai apa yang perlu ditingkatkan. Hal ini merupakan langkah awal untuk memperbaiki kinerja siswa di masa mendatang.
Meningkatkan Antusiasme Siswa Melalui Pembinaan Rutin
Pada sesi diskusi pasca-penilaian, Pantjoro Sumarsa menyatakan bahwa pembinaan yang lebih intensif sangat dibutuhkan. Menurutnya, penting untuk memberikan referensi yang lebih luas kepada siswa mengenai jenis-jenis musik yang dapat digunakan untuk musikalisasi puisi. Dengan pemahaman yang lebih baik, siswa dapat menginterpretasikan puisi dengan lebih kreatif dan menarik.
Sabarudin menambahkan, tidak hanya kompetisi yang penting, tetapi juga pengembangan kemampuan siswa secara keseluruhan. Melalui pelatihan yang terjadwal dan berkelanjutan, diharapkan para siswa mampu meningkatkan kemampuan mereka dalam menafsirkan puisi dan menyajikannya dalam bentuk musikal yang memukau.
Kegiatan yang tidak hanya sekadar lomba ini diharapkan dapat menciptakan atmosfer positif di kalangan siswa. Dengan dukungan yang tepat, mereka akan lebih termotivasi untuk berkarya dan lebih menghargai seni sastra. Ekosistem yang baik akan membuahkan hasil yang memuaskan, baik bagi siswa maupun sekolah.
Lebih jauh, Dwi Pratiwi mengungkapkan bahwa evaluasi menyeluruh akan membantu semua pihak dalam menyiapkan program-program di tahun depan agar lebih menarik. Rutinitas pembinaan yang menyenangkan akan membantu siswa merasa lebih percaya diri dan mengembangkan keahlian mereka dalam musikalisasi puisi.
Menjaga Kesinambungan Festival Musikalisasi Puisi
Festival Musikalisasi Puisi ini tidak hanya sekadar ajang kompetisi. Ia adalah sebuah upaya untuk menghargai dan mengapresiasi karya sastra yang sering kali kurang mendapatkan perhatian. Dengan menjadikan kegiatan ini sebagai agenda tahunan, harapannya akan muncul lebih banyak generasi muda yang peka terhadap seni. Kegiatan ini juga menjadi sarana untuk memperkenalkan sastra kepada masyarakat luas.
Melihat hasil dari penilaian, Pantjoro Sumarsa menunjukkan optimisme bahwa festival ini punya potensi besar. Selama tahap penyisihan, meskipun ada beberapa kekurangan, banyak peserta menunjukkan kemajuan yang menggembirakan. Hal ini membuktikan bahwa ada nilai tambah yang bisa didapat dari setiap pengalaman yang mereka lalui.
Pengumuman sepuluh finalis akan dilakukan di media sosial, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menyaksikan dan mendukung karya-karya terbaik. Sebagai langkah lanjutan, finalis akan mengikuti taklimat pelaksanaan final yang dilaksanakan secara daring pada 11 Juli 2025. Ini akan menjadi kesempatan bagi mereka untuk mempersiapkan diri dengan lebih baik sebelum tahap akhir.
Dengan pendekatan yang tepat, festival ini diharapkan bisa menjadi jembatan bagi siswa untuk lebih mencintai sastra dan musik. Inisiatif ini juga menjadi bagian dari upaya membentuk karakter dan kreativitas siswa di era modern ini, di mana seni dan budaya memiliki tempat yang sangat penting.
Evaluasi dan Harapan untuk Tahun Depan
Menghadapi tantangan dan melihat kondisi saat ini, Dwi Pratiwi memberikan harapan untuk masa depan festival ini. Ia percaya bahwa dengan strategi baru yang lebih menarik, animo masyarakat dan siswa akan meningkat. Penting juga untuk melibatkan berbagai elemen, termasuk sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk bersama-sama mendukung kegiatan seni ini.
Pengalaman dari tahun ini diharapkan menjadi pelajaran berharga untuk penyelenggaraan di tahun-tahun mendatang. Setiap masukan dari penilai akan dijadikan acuan untuk memperbaiki format dan pelaksanaan festival. Melalui penataan yang lebih baik, festival ini bisa berkembang menjadi sebuah tradisi yang kaya dan menarik.
Semangat untuk mengapresiasi puisi melalui musikalisasi tetap harus dijaga. Para siswa diharapkan tidak hanya menjadi pelaku, tetapi juga penggagas dalam berbagai pembaruan yang akan dilakukan. Festival ini harus diarahkan menjadi platform yang memperkuat apresiasi seni sastra di kalangan generasi muda.
Akhirnya, dalam mempersiapkan festival yang akan datang, semua pihak harus saling bersinergi. Hasil evaluasi harus diimplementasikan dengan baik, dan pembinaan harus dilakukan secara konsisten. Dengan demikian, cita-cita untuk meningkatkan apresiasi terhadap seni dan sastra di kalangan siswa akan tercapai dengan lebih baik.