www.tempoaktual.id – Ketua Panitia Konferensi Provinsi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) NTB, H. Abdus Syukur, menekankan pentingnya menjaga integritas organisasi wartawan tertua di Indonesia. Ia mengingatkan agar tidak ada pihak yang merusak nilai-nilai jurnalistik hanya demi kekuasaan yang sesaat.
Dalam suasana menjelang Konferprov yang akan dilaksanakan pada 2 Agustus 2025 di Mataram, Syukur mengajak semua anggota untuk mencegah praktik-praktik yang mengarah pada politik uang. Ia menekankan bahwa idealisme dalam dunia jurnalistik harus dijaga tanpa dipengaruhi oleh faktor lain yang merugikan.
Proses pendaftaran untuk calon ketua telah dibuka, dan verifikasi peserta sedang berlangsung. Namun, ketua panitia ini berpesan agar semua calon dan peserta menjauhkan diri dari praktik yang tidak etis seperti transaksi uang.
Syukur juga menyampaikan bahwa marwah PWI tidak bisa ditukarkan dengan bentuk apapun yang bersifat transaksional. Ia menegaskan, profesi wartawan adalah panggilan mulia yang harus dihormati dan dilindungi agar tetap pada jalur yang benar.
Konferprov PWI NTB kali ini memang diwarnai dengan ketentuan biaya pendaftaran. Syukur menjelaskan bahwa biaya tersebut ditetapkan semata-mata untuk menumbuhkan kemandirian organisasi. “Ini bukan masalah besar, tetapi lebih pada bagaimana kita bisa berdiri sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, ketentuan di dalam Peraturan Dasar/Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT) PWI mungkin tidak menyebutkan hal ini secara jelas, tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa biaya pendaftaran itu dilarang. Justru, mekanisme teknis seperti ini biasanya diatur dalam tata tertib yang bisa saja berubah sesuai kesepakatan forum.
Tata tertib yang dibuat oleh panitia dan Steering Committee (SC) bersifat fleksibel, sehingga bisa diubah jika dianggap perlu. Yang terpenting adalah semua keputusan diambil oleh peserta konferensi. Jika mereka sepakat, maka aturan bisa saja diubah, bahkan dihapuskan.
“Semua kembali kepada peserta. Mereka yang akan memutuskan apakah setuju atau tidak terhadap biaya tersebut,” kata Syukur. Keputusan itu seyogyanya dibahas dalam forum, karena itulah esensi dari demokrasi dan mekanisme yang baik dalam organisasi.
Menjaga Integritas dan Martabat PWI dalam Konferprov
Keberadaan Konferprov PWI NTB 2025 bukan sekadar untuk mengganti kepemimpinan, tetapi juga sebagai cerminan integritas wartawan. Hal ini termasuk menjaga nama baik profesi serta mendemontrasikan profesionalisme di hadapan publik.
Syukur mengingatkan bahwa menjaga martabat PWI merupakan tanggung jawab semua anggota. Dalam situasi apapun, integritas harus tetap dijaga agar organisasi ini tidak terjerumus dalam praktik-praktik yang tidak sesuai dengan etika jurnalistik.
“Mari jaga nama baik PWI, dan tetap berpegang pada nilai-nilai kemanusiaan dan etika jurnalistik. Jangan sampai muncul praktik politik uang yang merusak semua yang telah kita bangun,” tegasnya. Dalam pandangannya, PWI harus menjadi teladan yang baik bagi organisasi wartawan lainnya.
Ia pun berharap peserta Konferprov dapat berdiskusi dengan baik dan menyuarakan pendapat masing-masing demi kemajuan organisasi. Forum ini adalah kesempatan untuk mengeksplorasi ide-ide dan gagasan baru yang akan membawa PWI ke arah yang lebih baik.
Pentingnya Menghindari Politik Uang dalam Pemilihan
Syukur mengingatkan bahwa dalam pemilihan, tidak boleh ada transaksi uang atau fasilitas yang mengarah pada praktik jual beli suara. Hal ini dapat merugikan bukan hanya individu, tetapi institusi PWI secara keseluruhan.
“Bila ada orang yang melakukan politik uang, kemenangan mereka bisa batal dan dianggap tidak sah. Jadi, penting untuk saling mengingatkan agar kita tidak terjerumus dalam hal ini,” ujarnya dengan tegas.
Dia juga menekankan bahwa transparansi dalam pemilihan adalah kunci. Apapun keputusan yang diambil, harus jelas dan bisa dipertanggungjawabkan untuk menjaga kepercayaan publik. PWI harus mampu menunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka bisa bertindak dengan jujur.
“Kita berada dalam posisi yang sangat strategis untuk memberikan contoh yang baik. Oleh karena itu, mari kita tunjukkan komitmen nyata dalam menjaga kejujuran,” ajaknya.
Meneguhkan Komitmen Terhadap Jurnalisme Berkualitas
Syukur mengajak semua pihak untuk bersama-sama memperkuat PWI sebagai organisasi yang berkomitmen pada jurnalisme berkualitas. Setiap wartawan memiliki tanggung jawab untuk menjunjung tinggi kualitas pemberitaan dan integritas dalam melakukan tugasnya.
Pendidikan dan pelatihan bagi wartawan menjadi prioritas utama dalam menjaga kualitas jurnalisme. Dengan membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang baik, wartawan dapat memberikan berita yang lebih bermakna dan berdampak.
“Kita harus pekak terhadap perkembangan yang terjadi dan adaptif terhadap perubahan zaman. Ini adalah kewajiban yang harus kita emban sebagai wartawan,” ujarnya. PWI harus terus berupaya meningkatkan kapasitas anggotanya dalam menghadapi tantangan di era digital ini.
Dengan semangat kolaborasi dan kerja sama, PWI akan terus berupaya menjadi organisasi yang relevan dan dihormati di tengah masyarakat. Konferprov kali ini adalah momen penting untuk membangun kembali visi dan misi yang jelas bagi organisasi ke depan.
“Mari bersama kita jaga marwah PWI, profesi kita, dan integritas yang selama ini telah kita miliki. Ini adalah investasi masa depan bagi dunia jurnalistik yang lebih baik,” tutupnya dengan penuh keyakinan.