www.tempoaktual.id – Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan era digital. Dalam rangka itu, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengeluarkan peraturan yang menetapkan mata pelajaran pilihan tentang koding dan kecerdasan buatan (AI) yang mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2025/2026.
Namun, pelaksanaan kebijakan tersebut menghadapi sejumlah kendala, terutama di daerah-daerah seperti Mataram. Keterbatasan infrastruktur teknologi dan kurangnya sumber daya manusia yang terlatih menjadi masalah utama yang harus diselesaikan sebelum implementasi dapat berlangsung.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram, Yusuf, menekankan pentingnya persiapan yang matang sebelum menerapkan mata pelajaran baru ini. Infrastrukturnya harus siap, dan guru-guru harus mendapatkan pelatihan yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran tersebut.
Masyarakat dan para guru diharapkan dapat mempersiapkan diri menghadapi perubahan ini dengan lebih baik. Pendidikan berbasis teknologi bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, terutama dalam menghadapi era digital yang semakin maju.
Dinas Pendidikan Kota Mataram kini fokus untuk memetakan kesiapan setiap satuan pendidikan, khususnya di tingkat SD dan SMP. Data awal menunjukkan bahwa banyak sekolah belum memiliki fasilitas yang memadai untuk pelajaran yang berbasis komputer dan internet.
Tantangan Infrastruktur Dalam Penerapan Mata Pelajaran Koding dan AI
Salah satu tantangan terbesar dalam penerapan program ini adalah ketersediaan infrastruktur digital yang belum merata di seluruh sekolah. Banyak sekolah yang masih mengalami kesulitan dalam menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk pembelajaran berbasis teknologi ini.
Ketersediaan internet yang cepat dan stabil juga menjadi salah satu faktor yang menentukan sukses atau tidaknya implementasi mata pelajaran ini. Tanpa koneksi internet yang memadai, kegiatan belajar mengajar akan sangat terhambat.
Disdik Mataram mencatat bahwa sebagian besar sekolah masih belum memiliki laboratorium komputer yang cukup untuk mendukung pembelajaran koding dan AI. Tanpa fasilitas ini, akan sangat sulit bagi siswa untuk belajar dengan efektif.
Dengan memperhatikan tantangan ini, Yusuf menggarisbawahi perlunya perancangan yang baik dan dukungan dari pemerintah pusat untuk meningkatkan infrastruktur pendidikan di daerah. Investasi ini dianggap krusial untuk masa depan pendidikan di Indonesia.
Pentingnya Pelatihan Guru Dalam Era Pendidikan Digital
Pelatihan bagi para guru menjadi prioritas utama sebelum pelaksanaan mata pelajaran koding dan AI dimulai. Guru-guru akan menjadi ujung tombak dalam pengenalan teknologi kepada siswa di kelas mereka, sehingga mereka perlu mendapatkan pelatihan yang tepat.
Jika guru tidak dibekali pelatihan yang memadai, mereka dapat menghadapi kesulitan dalam mengajarkan materi yang kompleks ini. Hal ini bisa berpotensi membingungkan siswa yang seharusnya mendapatkan pemahaman yang jelas dan struktural.
Pendidikan zaman now menuntut guru untuk tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga membimbing siswa dalam mengembangkan keterampilan baru yang relevan dengan dunia kerja di masa depan. Pelatihan yang baik di bidang teknologi menjadi sangat penting untuk mencapai tujuan ini.
Dinas Pendidikan juga berusaha meningkatkan kompetensi guru melalui berbagai program pelatihan dan workshop. Dengan demikian, diharapkan guru-guru dapat lebih siap menghadapi tantangan pengajaran di era digital.
Implementasi Bertahap Mata Pelajaran Koding dan AI
Sebagai bagian dari kebijakan baru ini, mata pelajaran koding dan AI tidak akan diterapkan sekaligus di semua sekolah tetapi secara bertahap. Penerapan akan dimulai dari kelas 5 SD, kelas 7 SMP, dan kelas 10 SMA sesuai dengan rencana kurikulum yang ditetapkan.
Namun, proses ini tidak akan bersifat wajib bagi sekolah yang belum memiliki kesiapan dalam sarana dan prasarana. Oleh karena itu, setiap sekolah diharapkan dapat menyesuaikan dengan kemampuan dan sumber daya yang tersedia.
Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran juga menjelaskan bahwa kehadiran mata pelajaran ini dimaksudkan untuk memperkuat literasi digital. Masyarakat diimbau untuk tidak salah memahami tujuan dari kebijakan ini, yang lebih bersifat fleksibel agar dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah.
Dengan implementasi yang bertahap, diharapkan setiap sekolah dapat lebih mudah beradaptasi dengan perubahan ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di masing-masing institusi.