www.tempoaktual.id – Grup band asal Nusa Tenggara Barat (NTB), Butterfly, baru-baru ini berbicara mengenai isu pembayaran royalti musik, yang menjadi topik hangat di kalangan industri hiburan. Vokalis mereka, Rian, menyatakan bahwa dari perspektif musisi, masalah ini sebenarnya cukup sederhana, asalkan pihak penyelenggara acara atau pemilik tempat telah mengurus lisensi yang diperlukan kepada Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN).
“Di pihak kami, tidak ada masalah berarti. Setiap tempat umum yang memutar lagu wajib memiliki lisensi dari LMKN. Ini adalah tanggung jawab pemilik usaha, bukan musisi,” tutur Rian. Dia menegaskan pentingnya kepatuhan terhadap regulasi yang ada.
Rian juga mendiskusikan kewajiban pembayaran royalti di berbagai tempat seperti hotel, restoran, dan kafe. Dia menjelaskan bahwa pengelola bisnis tersebutlah yang bertanggung jawab untuk urusan lisensi dan pembayaran, sehingga para musisi yang tampil tidak perlu repot-repot mengurus semua itu ke LMKN.
Menelusuri Komplikasi dalam Pembayaran Royalti Musik
Walaupun begitu, Rian mencatat bahwa situasi menjadi lebih rumit saat konser atau acara berbayar digelar. Dalam konteks konser tiket, panitia diwajibkan untuk memberikan dua persen dari harga tiket sebagai royalti kepada pencipta lagu. “Ini harus langsung diberikan kepada pemegang hak cipta, bukan melalui LMKN,” tambahnya. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan dalam mekanisme pembayaran royalti yang perlu dipahami dengan baik.
Rian juga mengemukakan bahwa terdapat perbedaan aturan antara memutar lagu rekaman dibandingkan dengan membawakan lagu secara langsung di atas panggung. Dalam beberapa kasus, ada musisi yang bersedia menggratiskan lagunya jika dinyanyikan secara live. Namun, situasinya menjadi rumit ketika penyelenggara acara tetap harus membayar ke LMKN meskipun tidak ada biaya untuk musisi.
Sebuah contoh kasus tuntutan royalti musik senilai Rp2,2 miliar terhadap sebuah jaringan kuliner baru-baru ini menarik perhatian publik. Rian berkomentar, “Kami tidak tahu seberapa transparan sistem ini. Misalnya, lagu apa saja yang diputar di hotel atau restoran selama seminggu dan seperti apa perhitungannya per lagu, ini menjadi kebingungan bagi banyak pihak.”
Pentingnya Transparansi dalam Sistem Royalti Musik
Sejak dibentuk pada tahun 2014, Butterfly telah tampil di berbagai acara dari yang berskala kecil hingga besar, termasuk pernikahan dan acara ulang tahun. “Kami masih menjalani penampilan dengan lancar, memainkan lagu-lagu artis dari dalam dan luar negeri tanpa masalah berarti,” ujar Rian. Dia bersyukur karena sampai saat ini belum ada perubahan signifikan terkait aturan royalti musik yang berdampak pada mereka.
Rian juga mengisahkan momen saat mereka menggelar acara tribute untuk Glenn Fredly, di mana pihak keluarga almarhum menghubungi mereka. Setelah mendengarkan penjelasan bahwa acara tersebut tanpa tiket masuk, mereka tidak meminta bayaran. “Pengalaman ini menunjukkan bahwa kadang-kadang, komunikasi yang baik bisa membawa solusi di tengah isu seperti ini,” tambahnya.
Meskipun Butterfly belum merasakan dampak langsung dari masalah royalti ini, Rian berharap LMKN dapat lebih transparan mengenai mekanisme dan perhitungan royalti musik. “Sebuah sistem yang jelas dan terbuka akan membuat semua pihak, baik musisi maupun pelaku usaha, merasa lebih nyaman,” katanya. Kejelasan dalam sistem akan memberikan kepercayaan di industri musik yang kian berkembang.
Menyikapi Masa Depan Industri Musik di Tengah Ketidakpastian
Band Butterfly tetap optimis dalam melanjutkan karier mereka meskipun ada sejumlah tantangan terkait royalti. Rian percaya bahwa musik akan tetap mengalun selama semua pihak terlibat mengikuti peraturan yang adil. Dengan semangat tersebut, mereka terus berupaya berkontribusi positif di industri musik.
Rian mencatat bahwa para musisi perlu bersatu dalam menyuarakan kepentingan mereka dan berjuang untuk keadilan dalam hal royalti. Diskusi terbuka mengenai isu-isu ini harus terus dilakukan agar semua pihak dapat memahami dengan lebih baik. “Kami berharap semua musisi dan pemilik usaha dapat bekerja sama untuk menciptakan sistem yang saling menguntungkan,” ujarnya menutup diskusi.
Komitmen Butterfly untuk terus berkarya di tengah ketidakpastian hukum menunjukkan bahwa mereka tidak hanya fokus pada karier pribadi tetapi juga peduli terhadap masa depan industri musik Indonesia. Dengan demikian, diharapkan akan ada perubahan yang positif untuk semua pelaku industri di waktu yang akan datang.
