Oleh: Amilan Hatta
(Direktur Eksekutif Lembaga Analisis dan Kajian Kebudayaan Daerah (LINKKAR)
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menciptakan generasi yang cerdas dan berdaya saing. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi, Indonesia berkomitmen untuk memajukan sektor pendidikan demi mencapai cita-cita Visi Indonesia 2045. Visi ini menginginkan Indonesia menjadi negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Dalam hal ini, strategi pendidikan yang dituangkan dalam kebijakan pemerintah perlu mendapat perhatian lebih untuk menanggulangi berbagai kendala yang ada.
Salah satu isu paling mendesak dalam pendidikan adalah kekurangan jumlah guru. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa sebanyak 3,1 juta guru bertugas di seluruh Indonesia, terdiri dari 2,5 juta guru negeri dan 600 ribu guru swasta. Namun, angka ini masih jauh dari ideal, yang seharusnya mencapai 4,2 juta untuk memenuhi kebutuhan edukasi yang optimal.
Kekurangan Guru di Berbagai Wilayah
Berbagai faktor berkontribusi terhadap kekurangan ini, termasuk rendahnya minat generasi muda untuk menjadi guru. Banyak yang merasa profesi ini kurang menarik dikarenakan gaji, fasilitas, dan penghargaan yang tidak memadai. Pun demikian, alokasi anggaran untuk rekrutmen guru, terutama pegawai negeri sipil, tidak berjalan sesuai kebutuhan sekolah yang ada, tetapi lebih mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Ketimpangan distribusi guru juga menjadi masalah serius, dengan daerah terpencil dan perbatasan seringkali mengalami kekurangan, sementara daerah lain mungkin tercukupi. Pensiunnya guru juga tidak diimbangi dengan jumlah penerimaan guru baru, menciptakan kesenjangan yang semakin lebar. Hal ini menciptakan situasi yang mengkhawatirkan bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Fokus pada Kualitas Guru yang Terus Menurun
Selain kekurangan, kualitas guru juga menjadi tantangan yang tidak kalah penting. Kompetensi guru, yang mencakup pengetahuan materi, metode pembelajaran, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa, ternyata masih jauh dari standar yang diharapkan. Hasil dari Ujian Kompetensi Guru dan Ujian Nasional baru-baru ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru tidak mencapai nilai minimum yang ditentukan.
Rendahnya kualitas ini sering kali disebabkan oleh kurangnya pemahaman akademis guru, terutama di daerah yang masih tertinggal. Pelatihan yang tidak memadai juga menambah deretan masalah ini, dengan banyak guru yang belum siap menghadapi tuntutan pendidikan modern. Penyuluhan bagi guru perlu dilakukan secara menyeluruh untuk memastikan bahwa mereka dapat memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya.
Menteri Pendidikan juga menyuarakan komitmen untuk meningkatkan kualitas guru melalui program beasiswa. Namun, pertanyaan tetap ada mengenai bagaimana skema tersebut akan diimplementasikan dan sejauh mana dampaknya bagi peningkatan angka pendidikan di Indonesia.
Leverage pada kondisi ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Lembaga pendidikan harus mau berbenah, menawarkan kurikulum yang lebih relevan dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung inovasi. Kerjasama dengan organisasi profesi dan komunitas pendidikan penting dilakukan untuk memperkuat jaringan dan kapasitas guru.
Akhirnya, partisipasi masyarakat juga perlu ditingkatkan untuk membantu pendidikan anak-anak kita. Dukungan, baik dalam bentuk dana, barang, atau tenaga, dapat menjadi katalis meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah.