www.tempoaktual.id – Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid menjelaskan bahwa proses penetapan tanah terlantar membutuhkan waktu yang cukup panjang, hingga mencapai 587 hari. Prosedur ini penting untuk memastikan bahwa setiap langkah diambil secara hati-hati dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam keterangan yang disampaikan kepada media, ia menjelaskan tentang regulasi yang mendasari proses ini. Menurutnya, evaluasi yang menyeluruh sangat diperlukan agar keputusan yang diambil tidak merugikan pihak manapun.
Berbagai aturan yang terkandung dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 2021 menjadi pedoman dalam penetapan tanah terlantar. Selain memberikan kejelasan tentang landasan hukum, regulasi ini juga menjelaskan tahapan yang harus dilalui sebelum suatu lahan dapat dinyatakan sebagai tanah terlantar.
Proses Evaluasi dan Penetapan Tanah Terlantar yang Rumit
Proses penetapan tanah terlantar dimulai dengan evaluasi yang mendalam terhadap penggunaan lahan. Menurut Nusron, langkah pertama adalah mengidentifikasi lahan yang tidak dimanfaatkan selama dua tahun sesuai dengan Pasal 7 dan 9 PP 20 Tahun 2021.
Setelah tahap evaluasi, pemerintah akan memberi pemberitahuan kepada pemilik tanah. Langkah ini penting agar pemilik memiliki kesempatan untuk mengambil tindakan, seperti mulai memanfaatkan lahan mereka.
Pemberitahuan tersebut diikuti dengan rentang waktu 180 hari untuk memberi kesempatan kepada pemilik lahan. Jika dalam waktu tersebut lahan masih tidak dimanfaatkan, maka berlanjut ke surat pernyataan (SP) satu dengan lama waktu sembilan bulan.
Setelah SP satu, diberi lagi SP dua selama 60 hari, dan kemudian SP terakhir selama 45 hari. Setiap tahapan ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua pihak memiliki peluang yang adil untuk mempertahankan hak atas tanah mereka.
Lebih jauh, Nusron menegaskan bahwa proses ini tidak dilakukan secara sembarangan. Semua tindakan diambil dengan cermat dan berdasarkan data yang objektif untuk menghindari konflik di masa depan.
Pembagian Lahan yang Telah Ditetapkan sebagai Tanah Terlantar
Setelah tanah ditetapkan sebagai terlantar, muncul pertanyaan penting mengenai penanganan lahan tersebut. Nusron menyatakan bahwa lahan tersebut akan diserahkan kepada Bank Tanah untuk keperluan yang lebih bermanfaat.
Bank Tanah kemudian akan mengelola lahan tersebut sebagai cadangan negara. Lahan cadangan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti ketahanan pangan, pengembangan energi, dan hilirisasi sumber daya.
Penting untuk memahami bahwa kebijakan ini bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan lahan yang sebelumnya tidak terpakai. Dengan demikian, lahan tersebut dapat memberikan kontribusi yang positif bagi negara.
Disampaikan pula bahwa proses ini diharapkan dapat membantu dalam mendorong pembangunan ekonomi secara berkelanjutan. Dengan memanfaatkan lahan terlantar secara bijaksana, negara bisa meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya.
Dari perspektif sosial, kebijakan ini juga menunjukkan kepedulian pemerintah terhadap pengembangan wilayah yang lebih terencana. Dengan landasan hukum yang kuat, penciptaan peluang baru diharapkan dapat terwujud.
Komitmen Pemerintah dalam Pengelolaan Tanah Terlantar
Nusron juga menekankan komitmen pemerintah untuk transparan dalam setiap langkah pengelolaan tanah terlantar. Setiap keputusan yang diambil akan dilakukan secara terbuka dan akuntabel untuk menghindari penyalahgunaan kewenangan.
Hal ini menjadi penting dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Dengan adanya transparansi, warga bisa memahami bahwa penetapan tanah terlantar tidak hanya berorientasi pada kepentingan administratif semata, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat.
Lebih dari sekadar mengelola tanah yang tidak termanfaatkan, pemerintah juga berupaya untuk menciptakan lapangan kerja baru. Proyek-proyek yang dikembangkan di lahan terlantar dapat memberikan peluang ekonomi bagi banyak orang.
Akhirnya, pemerintah berharap bahwa langkah-langkah ini akan mengarah pada pengelolaan sumber daya yang lebih baik di masa depan. Keberhasilan dalam mengubah tanah terlantar menjadi produktif adalah hasil dari kerjasama semua elemen masyarakat.
Dengan menetapkan kebijakan yang tepat dan melaksanakan proses yang teliti, Nusron percaya bahwa visi untuk memanfaatkan lahan secara optimal dapat terwujud. Di sinilah peran aktif masyarakat dan stakeholder lainnya menjadi sangat krusial.