Mataram – Puteri Indonesia NTB, Cahaya Sukma Dewi, telah menunjukkan prestasi yang mengesankan dalam ajang Puteri Indonesia 2025. Ia berhasil mencapai posisi top 16 dari 45 finalis yang bersaing, mewakili 34 provinsi di seluruh Indonesia. Keberhasilan ini bukan hanya angka, tetapi juga merupakan pencapaian yang memerlukan dedikasi dan kerja keras.
Dalam perjalanan menuju prestasi ini, Sukma juga meraih juara ke-2 dalam kategori Best Evening Gown pada malam Preliminary dan Bakat dengan gaun yang memanfaatkan material Kerang Mutiara Lombok, yang disebutnya “Cahaya Sang Dewi Mutiara”. Keberhasilannya ini menambah nilai estetika sekaligus menunjukkan kekayaan budaya lokal.
Kiprah Puteri Indonesia dan Pengaruhnya terhadap Kepercayaan Diri
Cahaya Sukma Dewi, perempuan kelahiran 2003, berbagi pandangannya setelah ajang Puteri Indonesia 2025. Meskipun kompetisi telah selesai, semangat dan dedikasinya untuk mengharumkan nama NTB tidak pudar. “Pengabdian saya terhadap Nusa Tenggara Barat tentunya tidak akan selesai,” ujarnya dengan penuh keyakinan. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran seorang duta untuk membawa nama daerahnya ke pentas nasional.
Sukma juga menyadari betapa dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat NTB dan pecinta dunia pageant, telah berkontribusi besar terhadap keberaniannya. “Saya tidak pernah berjalan sendirian,” katanya. Ini menegaskan pentingnya komunitas dalam memotivasi individu untuk menanggulangi ketakutan dan keraguan yang dihadapi.
Tantangan dan Pembelajaran dalam Kompetisi
Mahasiswi Universitas Mataram ini mengakui bahwa selama ajang Puteri Indonesia, ia menghadapi berbagai tantangan seperti kurangnya rasa percaya diri. Namun, semangatnya untuk mengharumkan nama NTB menjadi pendorong kuat untuk mempersembahkan yang terbaik. Memahami kekurangan diri menjadi langkah bijak sikap untuk perbaikan dan peningkatan wawasan.
“Dari kita melihat kekurangan ini, nantinya kita bisa menonjolkan kelebihan,” ungkap Sukma, menyoroti pentingnya sikap terbuka dan reflektif. Selain itu, ia juga tidak luput dari komentar negatif yang bisa saja mempengaruhi mentalnya. Oleh karena itu, keputusan untuk tidak membuka media sosial selama karantina adalah strategi cerdas dalam menjaga fokus dan kesehatan mentalnya.
Tak hanya Cahaya Sukma, Yayasan Puteri Indonesia NTB juga mengukir prestasi membanggakan di tingkat nasional. Drg. Farida Istiarini, Ketua Yayasan Puteri Indonesia NTB, mengungkapkan bahwa yayasan ini meraih pengakuan sebagai Penyelenggara Puteri Indonesia Daerah Terbaik untuk kesekian kalinya dan mendapatkan “Lifetime Achievement Award” di tahun 2025 ini. Ini adalah bukti bahwa kerja keras dan dedikasi dapat melahirkan pencapaian yang membanggakan bagi daerah.