www.tempoaktual.id – Indonesia semakin menunjukkan komitmennya untuk menjadi bagian dari percaturan diplomasi global, khususnya dalam mendukung perdamaian dunia. Pada tanggal 6 Juli 2025, dalam Konferensi Tingkat Tinggi BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, Presiden RI, Prabowo Subianto, menegaskan perlunya pendekatan multilateral untuk mencapai keadilan dalam tata kelola global.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Prabowo menegaskan pentingnya menolak perang serta mempertahankan prinsip keadilan dalam kerjasama internasional. Agenda ini diusung untuk memastikan bahwa suara negara-negara berkembang, yang sering kali terpinggirkan, dapat terdengar dalam pengambilan keputusan global.
Isi deklarasi BRICS pada konferensi tersebut mulai menyentuh pelanggaran yang terjadi di Timur Tengah, khususnya setelah serangan Israel terhadap Iran. Hal ini menimbulkan keprihatinan di kalangan para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, yang meyakini bahwa konflik tersebut hanya akan memperburuk situasi keamanan regional.
Cara diplomasi yang dilakukan Indonesia menggambarkan sikap proaktif dalam mendukung stabilitas internasional. Melalui pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pemimpin dunia, Indonesia bertujuan untuk mengangkat isu-isu yang krusial bagi negara-negara berkembang dan membangun solidaritas yang lebih kuat di kalangan anggota BRICS.
Pada kesempatan konferensi tersebut, para pemimpin BRICS mengeluarkan deklarasi bersama yang mengutuk serangan militer terhadap Iran. Pernyataan ini mencerminkan kesatuan sikap dalam menilai bahwa situasi di Timur Tengah membutuhkan perhatian dan tindakan segera dari komunitas internasional.
Kepedulian Terhadap Eskalasi Konflik di Timur Tengah dan Dampaknya
Serangan yang dilakukan Israel terhadap Iran telah mengakibatkan ribuan korban jiwa dan luka. Menurut data resmi dari Kementerian Kesehatan Iran, dalam serangan tersebut tercatat sekitar 935 orang tewas dan lebih dari 5.300 lainnya terluka. Hal ini jelas menunjukkan betapa seriusnya dampak dari tindakan tersebut.
Selain itu, Iran memberikan respon berupa serangan balik yang juga mengakibatkan jatuhnya korban. Data mencatat bahwa serangan dari Iran menewaskan hampir 30 orang dan melukai lebih dari 3.400 lainnya. Situasi ini sangat mengkhawatirkan, mengingat adanya potensi untuk memicu konflik yang lebih luas.
Setelah beberapa minggu ketegangan, upaya gencatan senjata dimediasi oleh Amerika Serikat pun akhirnya terwujud pada tanggal 24 Juni. Momen ini memberikan harapan akan terwujudnya dialog dan penyelesaian diplomatik. Namun, tantangan untuk menjaga perdamaian tetap ada dan memerlukan perhatian serius dari komunitas internasional.
Di tengah ketegangan ini, delegasi Indonesia menekankan pada pentingnya perlindungan fasilitas nuklir dan keselamatan warga sipil. Penegasan ini menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam menjaga stabilitas dan keamananan di kawasan yang rawan konflik.
Indonesia, sebagai salah satu negara anggota BRICS, memainkan peran penting dalam mendukung mekanisme perdamaian yang lebih kuat melalui kerjasama internasional, sekaligus mengadvokasi keadilan untuk negara-negara yang terdampak konflik.
Pentingnya Diplomasi Multilateral dan Indonesia dalam Konteks Global
President Prabowo Subianto juga mengangkat tema pentingnya reformasi dalam sistem multilateral. Hal ini bertujuan untuk memberikan ruang lebih besar bagi negara-negara yang disebut sebagai ‘global south’ untuk terlibat dalam pengambilan keputusan global. Dalam pandangan Indonesia, pendekatan kolaboratif adalah kunci untuk mencapai kesepakatan yang adil.
Dia juga mengemukakan bahwa BRICS seharusnya membuat langkah-langkah konkret untuk memperkuat kerjasama antar negara anggota. Dengan menekankan nilai-nilai Bandung spirit, Indonesia ingin mengembalikan fokus pada perjuangan negara-negara berkembang dan mendukung kemerdekaan Palestina sebagai bagian dari tanggung jawab moral komunitas internasional.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam diplomasi adalah pengaruh negara-negara besar yang sering mendominasi. Oleh karena itu, reformasi BRICS harus diarahkan untuk menciptakan keadilan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada masa depan negara-negara kecil dan berkembang.
Oleh karena itu, dalam forum BRICS ini, Indonesia berusaha untuk menjadi jembatan yang menghubungkan kepentingan global dengan kebutuhan lokal. Dengan mengedepankan diterimanya kepemimpinan yang lebih adil, Indonesia ingin melihat hubungan internasional berdasarkan hukum dan prinsip keadilan.
Upaya ini diharapkan dapat mendorong kesadaran di kalangan negara berkembang dalam memperjuangkan kepentingannya di panggung dunia, serta memperkuat solidarity di antara negara-negara anggota BRICS.
BRICS sebagai Kekuatan Penyeimbang di Pentas Global
Dalam sesi pleno KTT BRICS, Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Nasir menambahkan bahwa konsolidasi negara-negara ‘global south’ sangat penting untuk menjaga stabilitas internasional. Negara-negara berkembang diharapkan dapat bersatu dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Kehadiran Indonesia dalam BRICS mencerminkan komitmen untuk mendengarkan dan mewakili suara negara-negara yang sering terabaikan. Dalam konteks ini, BRICS harus menjalankan perannya sebagai kekuatan penyeimbang di antara negara-negara besar yang sering mendominasi agenda internasional.
Disamping itu, Indonesia juga mengusulkan perlunya dialog dan penyelesaian konflik yang lebih inklusif, di mana setiap negara dapat menyuarakan kepentingan dan kebijakan yang adil. Penekanan ini menunjukkan pentingnya kehadiran negara berkembang dalam peta geopolitik masa depan.
Dengan semangat kerjasama yang didorong oleh nilai-nilai yang sudah diwariskan dari Konferensi Asia-Afrika, Indonesia berharap BRICS dapat menjadi wadah untuk memperjuangkan keadilan sosial dan pembangunan yang berkelanjutan. Keterlibatan aktif Indonesia di dalam BRICS diharapkan dapat membangun jembatan untuk perdamaian yang lebih luas.
Melalui langkah-langkah ini, Indonesia menunjukkan bahwa meskipun merupakan negara berkembang, ia siap berperan dalam diplomasi global dan menciptakan ruang bagi negara-negara lain untuk berkontribusi dalam menjaga perdamaian dan stabilitas dunia.