www.tempoaktual.id – Demonstrasi yang berlangsung di Polda NTB dan DPRD NTB pada tanggal 30 Agustus 2025 menyisakan banyak perhatian. Pihak kepolisian menyatakan tidak ada anggota massa yang ditangkap selama aksi tersebut, di mana ribuan peserta dari berbagai elemen masyarakat berunjuk rasa untuk menyampaikan aspirasi mereka.
Menurut Direktur Pembinaan Masyarakat Polda NTB, KombesPol Iman Pribadi Santoso, tidak ada insiden yang menyebabkan cedera atau korban. Ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah peserta banyak, situasi dapat dikendalikan tanpa adanya kekacauan yang berarti.
Lebih lanjut, Iman mengingatkan pentingnya menjaga ketertiban selama aksi. Ia menyebutkan bahwa pihak kepolisian tetap bersiaga untuk mengantisipasi potensi demonstrasi susulan yang mungkin terjadi di masa depan.
Rangkuman Aksi Unjuk Rasa di Polda dan DPRD NTB
Aksi ini dihadiri oleh ribuan orang yang berkumpul di depan Polda NTB sebelum bergerak menuju kantor DPRD NTB. Demonstrasi dimulai sekitar pukul 10.40 WITA dan berlangsung dengan tujuan utama menyampaikan tujuh tuntutan yang dianggap mendesak.
Salah satu tuntutan utama adalah penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang KUHAP yang dianggap dapat memicu represivitas dari aparat. Para demonstran menekankan perlunya kebijakan yang lebih adil yang melindungi hak-hak warga negara.
Di samping penolakan, massa juga menuntut pencopotan Kepala Polisi RI, Listyo Sigit Prabowo. Permintaan ini menjadi salah satu sorotan, mencerminkan ketidakpuasan terhadap penanganan kasus oleh kepolisian.
Selain itu, massa aksi meminta agar kepolisian berkomitmen untuk memberikan transparansi dalam penyelesaian kasus penabrakan pengemudi ojek online. Hal ini menunjukkan harapan masyarakat agar hukum dapat ditegakkan tanpa pandang bulu.
Para demonstran juga menuntut pembebasan aktivis yang ditahan di seluruh Indonesia, menuntut hak dasar mereka sebagai warga negara. Tuntutan ini mencerminkan kekecewaan terhadap penegakan hukum yang dianggap tidak memihak.
Pengalaman Massa Aksi dan Respons Kepolisian
Selama demonstrasi, petugas kepolisian berusaha mengimbau massa untuk menjaga ketertiban. Mereka mengingatkan agar tidak berperilaku anarkis, dan berusaha mencegah hal-hal yang dapat memperburuk situasi.
Tercatat, beberapa orang mengalami kesulitan bernapas akibat menghirup gas air mata yang diluncurkan petugas saat situasi mulai memanas. Ambulan pun disiagakan untuk menangani peserta yang membutuhkan pertolongan medis.
Meski ada beberapa insiden, Iman menyampaikan apresiasi karena tidak ada korban dari pihak masyarakat. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada ketegangan, tindakan pencegahan dapat membuat situasi lebih terkendali.
Berdasarkan laporan, Iman mengungkapkan bahwa situasi akhirnya dapat dikendalikan dan kondusif. Ini menjadi poin positif yang menunjukkan kemampuan kepolisian dalam menangani aksi dengan pendekatan pencegahan.
Refleksi dan Harapan Pasca Demonstrasi
Pascademonstrasi, Iman berharap agar masyarakat, terutama para pelajar, dapat belajar dari pengalaman tersebut. Penting bagi mereka untuk mencermati situasi dan memahami cara yang tepat dalam mengekspresikan pendapat.
Melalui kejadian ini, harapan untuk dialog antara masyarakat dan pemerintah kian meningkat. Komunikasi yang baik akan menjadi kunci untuk mencegah ketegangan serupa di masa mendatang.
Kepolisian dan pihak pemerintah diharapkan bisa mendengarkan serta menanggapi tuntutan tersebut dengan bijaksana. Ini penting untuk menciptakan iklim sosial yang harmonis dan memperkuat kepercayaan antara masyarakat dan aparat penegak hukum.
Sementara itu, Iman menyayangkan partisipasi pelajar dalam aksi tersebut. Dia berharap agar generasi muda lebih bijaksana dalam memilih cara untuk mengekspresikan pendapat mereka dalam konteks yang lebih aman dan konstruktif.
Akhirnya, meskipun situasi telah kondusif, pihak kepolisian akan tetap bersiaga untuk mengantisipasi tindakan lebih lanjut dari masyarakat yang mungkin timbul. Ini menunjukkan komitmen mereka dalam menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah NTB.