www.tempoaktual.id – Kendari – Politisi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Wiryanti Sukamdani, menyoroti dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan nikel di Sulawesi Tenggara. Menurutnya, jumlah kerusakan ekologis yang terjadi di daerah tersebut jauh lebih serius dibandingkan dengan dampak yang terlihat di lokasi pertambangan nikel lainnya, seperti di Raja Ampat, Papua Barat Daya.
“Kunjungan kami ke berbagai daerah menunjukkan kepada kami realita yang berbeda. Meski banyak informasi menyebut dampak tambang nikel hanya terjadi di Raja Ampat, kenyataannya, dampak di Konawe Utara, Kabaena, dan Kolaka jauh lebih parah,” jelas Wiryanti dalam kunjungannya ke Kendari baru-baru ini.
Dia menegaskan bahwa limbah dari aktivitas tambang mencemari sumber air yang digunakan oleh masyarakat, bahkan mengganggu kualitas air sumur warga. Hal ini, menurutnya, mengancam kesehatan penduduk lokal, terutama anak-anak yang sangat rentan terhadap efek limbah yang berbahaya untuk perkembangan mereka.
Dampak Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat Akibat Limbah Nikel
Wiryanti menyebutkan bahwa dampak limbah nikel dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan otak anak. “Ini adalah isu yang sangat krusial yang harus segera ditangani,” katanya. Nampaknya, dampak dari limbah ini bukan hanya masalah lokal, tetapi bisa berimbas ke generasi penerus di daerah tersebut.
Kekhawatiran tentang kesehatan masyarakat juga mencakup risiko membludaknya penyakit yang disebabkan oleh paparan limbah. “Lingkungan yang tercemar bisa mengakibatkan risiko tinggi terhadap kesehatan, dan ini tidak bisa diabaikan,” imbuhnya.
Wiryanti menjelaskan bahwa situasi ini menuntut perhatian serius dari pemerintah dan semua pihak terkait. Ia menekankan perlunya tindakan segera untuk mengatasi masalah ini agar tidak menjadi bom waktu bagi masyarakat.
Pentingnya Koordinasi Lintas Sektor dalam Penanganan Bencana Ekologis
Politisi senior ini menekankan bahwa eksploitasi sumber daya alam harus memberikan manfaat yang adil bagi masyarakat, bukan hanya untuk segelintir pihak. Wiryanti merasa bahwa koordinasi lintas sektor sangat diperlukan untuk mencari solusi yang tepat. “Kondisi di lapangan sangat memprihatinkan dan perlu tindakan kolaboratif,” ucapnya.
Selain masalah limbah, Wiryanti juga menyoroti kerajaan potensi bencana ekologis yang bisa terjadi. “Banjir dan tanah longsor seringkali terjadi di daerah yang mengalami alih fungsi lahan secara masif,” jelasnya.
Oleh karena itu, ia menyerukan agar masalah ini dapat dibawa ke Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI untuk mencari langkah-langkah strategis selanjutnya. “Kami ingin menciptakan solusi yang tidak hanya menguntungkan kalangan tertentu, tetapi juga masyarakat luas,” imbuhnya.
Potensi Pariwisata Sulawesi Tenggara yang Harus Dikenal
Di sisi lain, Wiryanti tetap optimis tentang potensi pariwisata yang dimiliki oleh Sulawesi Tenggara. “Keindahan alam di Sultra luar biasa, dan banyak tempat wisata yang perlu dikembangkan,” ujar Wiryanti. Tempat seperti Labengki, Pulau Muna, dan Buton memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dapat menjadi alternatif bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian tanpa merusak lingkungan. “Investasi dalam pariwisata harus diperhatikan, agar manfaatnya bisa dirasakan oleh semua kalangan masyarakat,” tambahnya.
Wiryanti berharap agar pemerintah dan stakeholder lainnya dapat bekerja sama dalam mengembangkan sektor pariwisata di daerah ini. “Dengan pengelolaan yang baik, nilai jual pariwisata di Sulawesi Tenggara bisa bersaing dengan destinasi lain di level nasional,” tutupnya.