www.tempoaktual.id – Mahasiswa Universitas Islam Malang (Unisma) kembali mendapatkan wawasan berharga dari seorang ulama internasional. Wawasan tersebut berfokus pada konsep perdamaian dalam perspektif Islam yang diambil dari ajaran Alquran. Pengajaran ini disampaikan oleh Rektor Universitas Imam Syafi’i Mukalla Yaman, Syekh Dr. Muhammad bin Ali Ba’atiyah, dalam program Kuliah Ulama Internasional pada Selasa, 17 Juni 2025.
Acara tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Ketua Umum Pengurus Yayasan Unisma, Prof. Dr. Ir. Agus Sugianto, S.P., M.P., serta Rektor Unisma, Prof. Drs. H. Junaidi, M.Pd., Ph.D. Kehadiran para wakil rektor, dosen, dan ratusan mahasiswa menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap kajian ini, terutama mengingat relevansinya dengan situasi dunia internasional saat ini. Tema kajian, “Ma’alim As Salam Al Alami Fil Quran Al Karim,” membahas landasan perdamaian yang diajarkan dalam Alquran.
Dalam penjelasannya, Syekh Muhammad menekankan visi Islam sebagai penyebar kedamaian di seluruh dunia. Ia mengungkapkan bahwa agama ini memiliki tujuan sebagai rahmatan lil alamin, dan mengaitkan hal ini dengan komitmen Nabi Muhammad yang selalu mencerminkan perdamaian dalam setiap tindakan. “Perdamaian merupakan salah satu karakter dakwah,” jelasnya, menekankan bahwa semangat tersebut telah mendorong pertumbuhan Islam di berbagai belahan dunia.
Syekh Muhammad juga menceritakan sebuah kisah dari pertemuan antara seorang rahib Yahudi dan Rasulullah di Madinah. Ia menggambarkan bahwa wajah Nabi menyebarkan aura kedamaian, dan dalam konteks ini, Islam tidak hanya menawarkan perdamaian kepada umat Muslim tetapi juga kepada non-Muslim. “Agama kita adalah agama keselamatan,” ujarnya, menekankan betapa pentingnya pesan-pesan perdamaian yang dibawa oleh Rasulullah.
Perspektif Islam tentang Perdamaian yang Holistik
Perdamaian dalam Islam memiliki dimensi yang sangat luas. Hal ini mencakup hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, serta lingkungan. Syekh Muhammad menyampaikan bahwa ajaran Alquran menunjukkan bagaimana kedamaian harus menjadi fondasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, keamanan dan kesejahteraan umat manusia menjadi bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam.
Dalam konteks zaman modern, tantangan yang dihadapi umat Islam dalam menyebarkan pesan perdamaian cukup kompleks. Terorisme dan extremisme seringkali dijadikan justifikasi untuk menyudutkan agama Islam. Syekh Muhammad menekankan pentingnya pendidikan karakter dan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam untuk menangkal pandangan keliru tersebut. “Kita perlu meluruskan pemahaman tentang Islam sebagai agama damai,” jelasnya.
Lebih jauh, dalam sambutannya, Rektor Unisma, Prof. Drs. Junaidi, M.Pd., Ph.D, menyatakan bahwa perguruan tinggi memiliki peran penting dalam penciptaan generasi yang berkarakter. Dengan penguatan tiga pilar utama, yaitu keagamaan, keilmuan, dan kebangsaan, mahasiswa diharapkan mampu menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas moral.
Implementasi MoU dan Pertukaran Mahasiswa dengan Universitas Imam Syafi’i
Prof. Junaidi menjelaskan bahwa Unisma saat ini sedang mempersiapkan diri untuk menjadi World Class University. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah menjalin kerjasama internasional, termasuk penandatanganan MoU dengan Universitas Imam Syafi’i Mukalla Yaman. Ini membuka peluang bagi pertukaran mahasiswa yang sangat strategis.
Rencana pertukaran mahasiswa ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa Unisma untuk belajar di Yaman dan sebaliknya. “Konceptualnya bisa jadi dua tahun di sini dan dua tahun di sana,” jelas Prof. Junaidi. Dengan adanya program beasiswa dari Universitas Imam Syafi’i, diharapkan mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih luas.
Penandatanganan MoU ini menandakan langkah awal dari kerjasama yang saling menguntungkan. Rektor Unisma berharap agar rencana MoU dapat segera direalisasikan untuk memberikan dampak positif bagi pendidikan di kedua universitas. “Kita perlu mengagendakan ini agar segera ditindaklanjuti dan diimplementasikan dengan baik,” imbuhnya.
Kajian Islam sebagai Sarana Membangun Karakter Mahasiswa
Dalam kajian ini, mahasiswa diberikan wawasan mendalam tentang ajaran Islam yang mengedepankan nilai-nilai perdamaian dan toleransi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat karakter mahasiswa agar dapat memahami pentingnya hidup berdampingan dalam keberagaman. Setiap peserta diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dari sudut pandang akademis, acara ini sangat bermanfaat untuk membangun perspektif mahasiswa tentang bagaimana ajaran Islam dapat diterapkan dalam konteks global. Terutama di era di mana konflik sering kali didasarkan pada perbedaan agama, pemahaman yang mendalam tentang perdamaian menjadi sangat penting. “Pemahaman ini akan menjadi bekal bagi mereka sebagai agen perubahan di masyarakat,” ungkapnya.
Dengan adanya program-program seperti ini, diharapkan mahasiswa tidak hanya sekedar menjadi penerus tradisi tetapi juga mampu berkontribusi positif dalam membangun dunia yang lebih damai. Melalui kolaborasi dan kerjasama internasional, Unisma ingin memastikan bahwa pembelajaran yang dilakukan tidak hanya fokus pada pengetahuan akademis tetapi juga pada pengembangan karakter dan moral.