www.tempoaktual.id – Mataram menyaksikan suatu fenomena menarik di dunia pendidikan dengan adanya pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SD Negeri 36 Ampenan. Sekolah ini tetap melanjutkan MPLS meskipun hanya memiliki tiga siswa baru dalam tahun ajaran ini. Langkah ini menunjukkan komitmen pihak sekolah untuk memastikan bahwa pendidikan tetap berjalan normal meski dalam kondisi yang tidak ideal.
Pantauan di lokasi menunjukkan, ketiga siswa baru tersebut mengikuti MPLS tanpa pendampingan orang tua, berbeda dengan kebiasaan umum di mana orang tua biasanya menemani anak-anak saat hari pertama sekolah. Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu tentang bagaimana proses adaptasi para siswa muda ini di lingkungan yang baru bagi mereka.
Salah satu siswa baru, Jaka, mengungkapkan pengalamannya yang unik. Ia datang ke sekolah diantar oleh ibunya, tetapi setelah itu, ibunya tidak menunggu dan langsung pulang, membiarkan dia menghadapi hari pertama sekolah sendiri.
Komitmen Sekolah dalam Menyelenggarakan MPLS
SDN 36 Ampenan memastikan rangkaian MPLS dilaksanakan sepenuhnya, meskipun hanya dengan tiga siswa. Aktivitas ini tetap bermaksimal, dengan pengenalan lingkungan sekolah yang cermat untuk memberikan pengalaman positif kepada siswa baru.
Menurut I Putu Ning Ariana, seorang guru di sekolah tersebut, walaupun jumlah siswa baru sedikit, tugas mereka tidak berkurang. Mereka tetap berupaya keras untuk mengajarkan dasar-dasar penulisan, angka, dan huruf kepada setiap siswa yang baru masuk.
Pada hari kedua MPLS, ketiga siswa mulai diajarkan cara menulis. Proses ini tidak selalu berjalan mulus, dengan beberapa siswa terlihat kebingungan dan memerlukan bimbingan langsung dari guru. Hal ini menambah tantangan bagi pengajaran mereka di awal tahun ajaran baru.
Masa Transisi bagi Siswa Baru
Siswa-siswa baru tersebut menghadapi masa transisi yang cukup signifikan. Semua dari mereka tidak memiliki pengalaman pendidikan taman kanak-kanak sebelumnya, melompat langsung ke jenjang SD. Ini tentu menuntut pendekatan mengajar yang lebih lembut dan perhatian ekstra dari para guru.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi sekolah adalah bahwa para orang tua memilih langsung mendaftarkan anak ke SD. Mereka lebih mempertimbangkan aspek finansial dibandingkan dengan pendidikan awal yang seharusnya didapatkan di TK.
Walaupun hadir di sekolah baru, ketiga siswa mendapatkan dukungan dari kakak mereka yang juga bersekolah di sana. Hal ini memberi sedikit rasa nyaman bagi mereka untuk beradaptasi di lingkungan baru yang belum dikenal dengan baik.
Peluang Merger Sekolah untuk Mengatasi Krisis Siswa
Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram, H. Yusuf, mengungkapkan bahwa pemerintah kota tengah meninjau rencana penggabungan beberapa sekolah yang mengalami kekurangan siswa, termasuk SDN 36 Ampenan. Ini merupakan langkah strategis yang diambil untuk mengatasi penurunan jumlah siswa yang signifikan.
Yusuf menjelaskan bahwa proses analisis sedang berlangsung untuk menentukan langkah merger ini. Dengan melakukan penggabungan, diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih baik, meskipun ada risiko menghadapi berbagai tantangan logistik.
Rencana merger ini juga mencakup perubahan nama sekolah agar tidak ada kesan bahwa sekolah tersebut masih identik dengan nama lama. Hal ini diperlukan untuk menciptakan identitas baru sekaligus menjaga warisan dari sekolah-sekolah yang digabungkan.
Identifikasi dan Pemecahan Masalah Di Lingkungan Sekolah
Salah satu alasan utama penurunan pendaftaran siswa adalah kurangnya anak-anak usia sekolah di sekitar lingkungan sekolah. Kondisi demografis ini menjadi perhatian serius dan bagian dari kajian yang lebih besar untuk melakukan penggabungan.
Yusuf menegaskan bahwa jika tidak ada kelahiran di lingkungan tersebut, akan semakin sulit untuk mendapatkan siswa. Ini merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah kota dalam perencanaan pendidikan yang berkelanjutan.
Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan SDN 36 Ampenan dan sekolah-sekolah lainnya dapat bertahan dan tumbuh meski dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Kesadaran akan masalah ini adalah langkah awal menuju solusi yang lebih baik untuk pendidikan di Mataram.