www.tempoaktual.id – Industri perhotelan di Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini berada dalam situasi yang kritis dan memprihatinkan. Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan oleh pemerintah berdampak langsung pada banyak hotel, terutama yang berukuran kecil seperti bungalow dan losmen, yang kini terpaksa menghentikan operasionalnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, Ni Ketut Wolini, mengungkapkan bahwa keadaan ini tidak hanya terjadi tiba-tiba, melainkan merupakan hasil dari berbagai faktor yang mengakumulasi selama bertahun-tahun. Mulai dari dampak pandemi, gempa bumi, hingga sekarang, tekanan dari pemangkasan anggaran, semua berkontribusi terhadap krisis yang semakin dalam.
Saat ini, banyak hotel yang mengandalkan sektor MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) mengalami penurunan drastis dalam okupansi. Tanpa adanya kegiatan dari pemerintah, para pelaku usaha hotel kesulitan menemukan pengunjung yang bisa mengisi kamar mereka.
Dampak Ekonomi dan Sosial terhadap Komunitas Lokal
Turunnya tingkat hunian hotel berimbas pada banyak aspek, terutama ekonomi lokal. Hotel-hotel kecil yang menghentikan operasionalnya tidak hanya kehilangan pendapatan, tetapi juga berpengaruh pada tenaga kerja yang bergantung pada industri ini. Banyak karyawan yang terpaksa dirumahkan atau bahkan kehilangan pekerjaan secara permanen.
Wolini menjelaskan bahwa sektor perhotelan juga terbebani oleh pajak dan pungutan yang cukup tinggi. Di tengah kondisi yang sulit ini, pengusaha merasa semakin tertekan dan kesulitan untuk bertahan hidup. Meski ada harapan untuk pulih, tantangan yang ada sangat besar.
Berbagai jenis pajak yang dibebankan kepada pelaku usaha seperti pajak daerah dan pusat menjadi faktor tambahan yang memperburuk kondisi. Banyak pengelola hotel yang berpikir dua kali untuk melanjutkan usaha mereka dalam situasi yang tidak menentu ini.
Strategi Mendorong Pertumbuhan Sektor Perhotelan
Untuk merespons tantangan ini, PHRI NTB mengusulkan agar pemerintah lebih aktif dalam menyelenggarakan berbagai event di provinsi ini. Kegiatan yang menarik wisatawan bisa menjadi solusi untuk meningkatkan okupansi hotel, baik untuk skala lokal maupun internasional.
Event olahraga, budaya, dan festival mampu menarik perhatian banyak orang, baik dari dalam maupun luar daerah. Sebelumnya, event seperti Festival Olahraga Masyarakat Nasional (Fornas) terbukti cukup efektif dalam meningkatkan jumlah pengunjung yang menginap di hotel-hotel NTB.
“Kami meminta pemerintah untuk mempertimbangkan kembali anggaran mereka dan berinvestasi lebih banyak dalam acara yang dapat mendatangkan wisatawan,” ujar Wolini. Dukungan dari pemerintah ini akan sangat membantu para pelaku usaha untuk bertahan dan berkembang ke depan.
Pentingnya Kolaborasi Antara Sektor Publik dan Swasta
Dalam kondisi seperti ini, kolaborasi antara sektor publik dan swasta menjadi sangat penting. Kerja sama yang kuat dapat menciptakan peluang bagi para pelaku industri untuk saling mendukung dan mengatasi masalah yang ada. Hal ini bukan hanya berdampak positif bagi hotel, tetapi juga bagi ekonomi lokal secara keseluruhan.
Kolaborasi yang berhasil dapat berujung pada pengembangan program-program yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Misalnya, promosi bersama yang melibatkan hotel, restoran, dan tempat wisata lainnya untuk menarik kunjungan wisatawan ke NTB.
Dalam upaya mencapai tujuan ini, semua pihak harus berkomitmen penuh dan memiliki visi yang sama. Melalui pertemuan rutin dan diskusi yang terbuka, kesepakatan yang saling menguntungkan bisa dicapai untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata di NTB.
Harapan untuk Masa Depan Industri Perhotelan
Meski tantangan yang ada terasa berat, masih ada harapan di tengah krisis ini. Di masa depan, dengan sinergi yang baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, sektor perhotelan di NTB bisa pulih dan berkembang lebih baik dari sebelumnya. Upaya untuk melakukan perbaikan harus dilakukan secara efektif agar hasilnya bisa dirasakan oleh semua pihak.
Ketersediaan berbagai event yang menarik dan respon positif dari pemerintah akan menjadi kunci utama untuk mendorong pertumbuhan industri ini. Diharapkan, tidak hanya hotel yang kembali beroperasi, tetapi juga lapangan kerja yang tersedia untuk masyarakat bisa bertambah.
Kondisi saat ini memberikan kesempatan bagi semua pihak untuk berbenah dan menemukan cara baru dalam mengelola sektor pariwisata. Kebangkitan industri perhotelan di NTB tentu akan membawa dampak positif yang luas bagi perekonomian lokal dan kesejahteraan masyarakat.