www.tempoaktual.id – Peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia di Istana Negara, Jakarta, telah menciptakan momen bersejarah bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah seorang yang merasakan kebanggaan tersebut adalah Annisa, seorang mahasiswi dari Universitas Muhammadiyah Mataram, yang dipercaya untuk tampil dalam prosesi penurunan bendera. Sebagai perwakilan dari NTB, Annisa menjalani pengalaman yang penuh makna dan kebanggaan.
Annisa, yang lahir di Dompu pada 4 Juni 2003, tampil bersama dengan 209 penari lainnya dalam sebuah tarian kolosal berjudul “The Spirit of Sasambo”. Tarian ini memancarkan pesona budaya yang menggabungkan elemen-elemen tiga etnis utama di Nusa Tenggara Barat, yaitu Sasak, Samawa, dan Mbojo. Penampilan ini menjadi kesempatan langka untuk menunjukkan kekayaan budaya NTB di panggung nasional, terutama dalam acara yang sangat prestisius seperti ini.
Bagi Annisa, tampil di Istana Negara bukan sekadar melakukan hobi menari, tetapi juga sebuah kehormatan yang tak ternilai. “Saya merasa bangga bisa mewakili provinsi NTB dalam acara penurunan bendera HUT ke-80 RI di Istana Negara,” ungkapnya, jelas terbayang kebahagiaan di wajahnya saat berbagi pengalaman tersebut. Keberanian dan dedikasinya dalam menari juga mencerminkan semangat generasi muda Indonesia yang kian berani dalam mengekspresikan budaya lokal.
Apresiasi dari Rektor Universitas Muhammadiyah Mataram
Rektor Universitas Muhammadiyah Mataram, Drs. Abdul Wahab, MA., dengan bangga menyampaikan penghargaan kepada Annisa atas prestasinya. “Kehadiran Annisa di Istana Negara adalah sebuah kebanggaan bagi kita semua, baik sebagai individu maupun sebagai institusi,” ujarnya. Dalam pandangannya, prestasi Annisa bukan hanya menunjukkan kemampuan individu, tetapi juga mengukuhkan identitas universitas sebagai institusi yang mendukung pengembangan seni dan budaya.
Pernyataan Rektor mencerminkan pencapaian yang lebih besar, yakni kemampuan mahasiswa Ummat dalam berprestasi di tingkat nasional. Tidak sekadar dalam bidang akademik, tetapi juga dalam pelestarian dan promosi seni budaya bangsa Indonesia. Annisa dan timnya telah menjadi duta budaya yang membawa nama baik Nusa Tenggara Barat, sekaligus menunjukan bahwa generasi muda dapat berkontribusi secara nyata.
Tarian “The Spirit of Sasambo” tidak hanya menjadi highlight dalam upacara kenegaraan itu, tetapi juga menambah keindahan serta makna di dalamnya. Penampilan ini memampukan para hadirin untuk merasakan kekuatan keberagaman budaya dan esensi dari persatuan dalam keberagaman. Adanya penampilan seperti ini memberikan harapan bahwa budaya Indonesia akan terus hidup dan berkembang.
Mengukir Jejak di Panggung Nasional
Pengalaman istimewa yang dijalani Annisa menyisakan harapan untuk terus berkontribusi tidak hanya dalam ranah akademik, tetapi juga dalam pelestarian seni budaya. “Saya ingin menginspirasi generasi muda di NTB untuk berani bermimpi besar dan berkarya di tingkat nasional,” katanya. Ini adalah panggilan untuk semua pemuda agar mengejar aspirasi mereka, terlepas dari potensi tantangan yang akan dihadapi.
Partisipasi Annisa merupakan catatan penting bagi Universitas Muhammadiyah Mataram, yang tidak hanya ingin mencetak generasi yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam bidang seni. Peran sebagai duta budaya merupakan langkah strategis dalam menjaga dan mengembangkan kekayaan budaya lokal agar tetap relevan di era global saat ini.
Kegiatan serupa di masa depan diharapkan akan lebih banyak melibatkan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, demi memperkuat hubungan antara pendidikan dan budaya. Keberhasilan Annisa dan kawan-kawan menjadi model yang patut diteladani, untuk tidak hanya berprestasi tetapi juga membawa nama baik daerah ke panggung yang lebih luas. Semua ini bisa menjadi awal dari perjalanan yang lebih besar, menciptakan sinergi antara seni, pendidikan, dan kebudayaan.
Harapan untuk Masa Depan Seni dan Budaya
Melalui penampilan di istana, Annisa dan timnya tidak hanya menari, tetapi juga menceritakan kisah yang mendalam tentang identitas budaya Nusa Tenggara Barat. Pengalaman ini adalah sebuah pengingat bahwa seni adalah jembatan yang menghubungkan generasi dan memberikan wahana untuk mengungkapkan diri serta menghidupkan tradisi. Dengan pelestarian budaya, mereka berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang berakar pada keanekaragaman dan kekayaan warisan.
Keberhasilan acara ini sudah seharusnya menjadi awal dari lebih banyak lagi inisiatif untuk melibatkan generasi muda dalam pementasan budaya yang lebih beragam. Dengan dukungan dari berbagai pihak, harapan untuk menciptakan generasi muda yang peduli pada budaya dan memiliki rasa nasionalisme yang kuat akan semakin terwujud. Annisa serta rekan-rekannya adalah bagian dari gerakan itu, simbol bahwa generasi ini siap untuk mewarisi dan mengembangkan budaya bangsa.
Sebagai penutup, partisipasi Annisa dalam penurunan bendera HUT ke-80 RI menunjukkan bahwa kebanggaan dalam berbudaya akan terus hidup dan beradaptasi. Ini bukan hanya tentang menari, tetapi juga tentang menciptakan ikatan yang lebih dalam antarbudaya di Indonesia. Melalui karya seni, mereka mengajak seluruh masyarakat untuk sama-sama mencintai dan menjaga warisan budaya yang tak ternilai harganya.